Senyuman
Terakhir Ais
Nama lengkapnya Aisyah Fariska,
panggil saja dengan sebutan Ais. Ais gadis yang cantik, baik dan pintar juga
ramah. Umur Ais saat ini 12 tahun beberapa bulan lagi dia akan ulang tahun
tepatnya tanggal 10 Juni. Ibunda Ais tengah hamil tua, Ais sangat menginginkan
adik.
“ Is, ini jangan lupa minum obat ya
! “ pesan Bunda kepada Ais karena Ais sedang sakit. Ais mengidap penyakit yang
aneh, terkadang tubuh nya terasa lemas, lesu dan pucat. Terkadang Ais pingsan
sendiri dan pernah Ais dirumah sakit dalam keadaan koma.
“ iya, Bun. “ ujar Ais singkat
sambil tersenyum, padahal Ais hari ini dilarang sekolah sama Ayah tetapi Ais
tetap saja ingin sekolah tentu ayah tidak dapat menolaknya karena Ais itu
sedikit keras kepala. “ Bunda, Ais udah dijemput tuh sama bus sekolah. Ais
berangkat dulu ya, Bun ! “ ujar Ais sambil mengecup tangan bunda
Ais berjalan sambil menyandang tas
nya, ia berjalan perlahan karena badannya masih lemas. Sesampainya di dalam bus
ternyata sudah ada Yola, Muthia, dan Chaca, mereka adalah sahabat-sahabat yang
selalu setia dan sayang sama Ais. Di antara mereka berempat yang paling putih
itu Yola, karena Yola keturunan China mama nya Yola dulunya beragama Budha mama
nya itu orang Tionghoa, loh. Makanya tidak heran kalau wajah Yola itu mirip
orang-orang Tionghoa, matanya sipit, kulitnya putih, dan cantik. Tetapi,
sekarang Yola beragama Islam makanya ia satu sekolah sama Ais. Oh, iya lupa !
Ais bersekolah di MTS Nurul Ilmi. Di sekolah ini semuanya beragama islam.
Di dalam bus Ais, Yola, Muthia, dan
Chaca mengisi waktu perjalanan dengan bercanda ria. Sudah lama sekali mereka
tidak bersama sejak Ais sering masuk rumah sakit, apalagi seminggu yang lalu
Ais mendadak pingsan tetapi keadaan semakin memburuk Ais mengalami koma.
“ aku, kangeeen banget. Sama kamu Is
! “ ujar Chaca sambil memeluk Ais
“ iya, nih. Aku juga kangeeen sama
kalian, hehehe. “ ujar Ais sambil meniru gaya Chaca bicara sambil cekikikan
Mereka terus bercanda hingga tiba di
sekolah, sesampainya di sekolah mereka mengerjakan runititas sebagaimana siswa
biasa di sekolah. Sekolah mulai sekitar jam 07.30 wib dan usai pada jam 16.00
wib, terkadang hal itu yang membuat Ais kelelahan. Sedangkan murid biasa yang
sekolah nya dari jam 07.30 wib sampai dengan jam 13.00 wib saja sudah mengeluh
lelah, capek, dan sebagainya. Tetapi, Ais memang tidak pernah mau mengeluh
sedikitpun sama Bunda. Ais sangat takut jika ia di pindahkan ke sekolah lain,
Ais sudah terlalu sayang sama sekolah ini. Ais juga sudah bahagia di sekolah
ini ia mendapatkan banyak teman yang sangat perhatian padanya, Ais juga punya
guru yang sayang banget sama Ais.
Ais di kenal sebagai murid yang
pintar, bagaimana tidak ia mendapatkan peringkat pertama di kelas dan juga
juara umum dua di sekolahnya, Ais juga sudah tenar di sekolahnya. Tak ada satu
murid yang tidak mengenalnya, Ais lah orang yang mengharumkan nama sekolahnya.
Ais juga berprestasi di bidang lain contohnya catur, Ais sangat mahir bermain
catur tak heran ia dapat menjuarai catur hingga tingkat provinsi. Ais juga
mahir melukis, ia pernah menghadiahkan lukisan wajah bunda kepada bundanya
tepat di hari ulang tahun bunda di tahun yang lalu.
Di tahun ini ulang tahun bunda
sekitar beberapa bulan lagi di bulan juli, namun hati Ais tidak yakin untuk
bisa bersama bunda di saat bunda berulang tahun. Ais merasa penyakitnya mulai
merajalela. Penyakit ini hinggap di tubuhnya pertama kali sesudah Ais melakukan
operasi pada ginjalnya, penyakit ginjal di deritanya sejak dia SD. Namun,
setelah penyakit itu hilang kini muncul penyakit baru. Walaupun begitu Ais
tetap berusaha ceria, ia selalu tersenyum dan mempersering beribadah. Ais lebih
suka di masjid saat istirahat tiba, ia sering mengaji atau terkadang Ais pergi
ke Perpustakaan.
***
Sepulang sekolah ...
Ais mengucapkan salam saat masuk
kerumah, ternyata di rumah sedang tidak ada orang. Ais meringis kesakitan
dadanya terasa sesak, sulit sekali bernafas, wajahnya semakin memucat. Untung
saja bunda cepat pulang lalu meminta tolong ke tetangga membantu bunda membawa
Ais ke rumah sakit. Ais mendapatkan pertolongan dengan cepat saat berada di
rumah sakit. Ais dalam keadaan pingsan, ia tak sadarkan diri wajahnya sudah tak
pucat lagi, kata dokter Ais mengidap penyakit asma. Asma ini di deritanya sejak
1 bulan yang lalu tetapi baru di ketahui sekarang.
“ Ais, malangnya nasib mu, sayang !
“ ujar bunda sambil menangis, Ais belum sadarkan diri. Bunda menemani Ais di
sebelahnya sedangkan Ayah masih berada di luar kota, ayah baru berangkat tadi
pagi.
“ Bunda ... “ ujar Ais pelan
“ Ais sudah sadar ? “ tanya bunda “
Kamu nggak kenapa-napa kan, sayang ? “ tanya bunda lagi
“ nggak, bunda. Ais nggak
kenapa-napa tadi Ais cuma ngerasa sesak, “
“
syukurlah, Ais istirahat aja, ya! Dan kata ayah, ayah belum bisa pulang, juga
kata dokter Ais belum boleh pulang dan belum boleh sekolah ! “
“
yaaaa... kan ... Bundaaa .. “ ujar Ais dengan nada ngambek, “ Ais, tetap mau
sekolah. Ais udah sembuh kok, suer ! “ ujar Ais memohon
“
bunda bilang tidak ya tidak, Ais istirahat saja dulu ! “
Ais
hanya bisa diam, ia tidak mau membuat bunda marah. Bunda begitu juga demi
kebaikannya sendiri. Ais mengambil buku yang di sediakan bunda di meja, buku
yang sedang di baca Ais ialah buku mengenai catur. Di antara tumpukan buku-buku
yang di sediakan bunda juga ada buku yang Ais selalu baca, buku KCPK.
“
Hai, Ais ! “ sapa Chaca di depan pintu kamar rumah sakit yang di tempati Ais
“
ststst... ini rumah sakit. Nggak boleh ribut ! “ ujar Ais sambil menaruh
telunjuk di bibir.
“
bunda kamu kemana, is ? “ tanya Yola
“
tadi, barusan keluar. “ ujar Ais “ emang nggak ada lihat bunda ? “ tanya Ais
lagi
“
enggak tuh, “ celetuk Chaca, lalu mereka bertiga bercanda bersama. Muthia lagi
tidak bisa datang ikut menjenguk Ais karena ia sedang menjaga toko rotinya,
hari itu toko roti itu sangat ramai.
“
eh, ini titipan dari Mumut eh Muthia. Dia nggak bisa datang, “ ujar Yola
“
bilangin yaa ! T E R I M A K A S I H ... “ ujar Ais sambil cekikikan
“
iya, Siip ! “
Muthia
menitipkan roti kesukaan Ais yang di jual di tokonya, roti-roti itu asli buatan
mama Muthia dengan resep turun temurun dari neneknya Muthia. Semua roti yang
ada di toko roti itu, rasanyaa ‘Yummy’. Chaca aja berlangganan setiap hari nya
membeli makanan di toko roti milik mama Muthia. Toko itu tidak hanya menjual
roti, toko itu juga menjual macam-macam ice cream, menurut Chaca ice cream yang
paling ‘Yummy’ itu ice cream choco tea, vanilla berry, choco berry, dan ice
cream goreng.
***
“
udah sore nih, Is. Aku sama Chaca pulang dulu ya ! “ pamit Yola ketika jam
menunjukkan pukul 4 sore
“
ya udah, makasih ya ! “ ujar Ais sambil tersenyum simpul, lalu Yola dan Chaca
pulang. Ais tinggal di kamar itu sendirian, bunda masih belum kembali. Maghrib
hampir tiba tapi bunda tak kunjung datang, Ais semakin khawatir dengan bunda. “
bunda kemana, sih. Tidak biasanya bunda meninggalkan Ais sendiri di kamar ini,
“ batin Ais. Maghrib pun tiba bunda juga tak kunjung datang, dengan
tertatih-tatih Ais ke kamar mandi karena mau mengambil air wudhu. Tetapi,
sesampai di depan pintu kamar mandi Ais terpeleset jatuh dan pingsan. Kepala
Ais terbentur lantai, saat suster di rumah sakit tahu bahwa Ais pingsan saat
suster itu mau memberi obat kepada Ais. Ais mendapat pertolongan dari dokter,
nama dokter itu Dr. Syifa. Ia dokter yang menangani Ais selama di rumah sakit,
kepala Ais di perban.
Tak
berapa lama ayah datang sambil menggendong bayi mungil, Ais kala itu sudah
sadar.
“
Is, maaf ya ! ayah baru datang. Dan suster lupa beritahu kamu, tadi bunda kamu
terjatuh saat mau meriksa kandungannya, bunda juga meringis kesakitan.
Sekarang, Ais punya adik, “ ujar Ayah sambil melihatkan adik baru Ais, wajah
Ais yang sebelumnya sedih dan meringis karena kepalanya masih sakit berubah
seketika saat melihat adik baru nya.
“
bunda, baik-baik aja kan, yah ? “ tanya Ais sambil mengelus pipi adik barunya
“
Alhamdulillah, Ais kalau mau lihat bunda ayo kita ke ruangan bunda ! “ ajak
ayah
“
mau dong, yah. Tapi Ais udah boleh keluar ? “ tanya Ais
“
kata ayah boleh, hehehe “ ujar ayah sambil tertawa, Ais pun pergi ke ruangan di
mana bunda nya berada. Karena ia belum terlalu bisa jalan, Ais duduk di kursi
roda sambil menggendong adik baru nya. Sedangkan, ayah yang mendorong kursi
rodanya.
Saat
di ruangan bunda melihat anak-anaknya sambil tersenyum indaaaah banget, Ais
masih menggendong adik barunya. Malam itu di habiskan dengan canda tawa, dan
senyuman bahagia keluarga kecil itu. Kini Ais punya adik perempuan, adiknya
mirip sekali dengan Ais. Waktu sudah larut malam, Ais harus istirahat. Ayah
mengantarkan Ais ke kamarnya.
“
Ais, bener nih enggak mau di jagain ? “ tanya Ayah
“
bunda lebih membutuhkan ayah, Ais udah besar kok, yah ! jangan khawatir sama
Ais, Ok ! “ pinta Ais
“
ya, Oke deh ! “ ujar ayah seraya meninggalkan Ais
***
Waktu
pun berlalu kesehatan Ais dan Bundanya sudah pulih, rencana bunda beberapa hari
lagi akan di adakan acara mengayunkan adik baru Ais sekaligus memberi nama
kepadanya. Ais di larang bunda untuk ikut membantu, biar keluarganya saja yang
membantu. Bunda takut Ais kelelahan, jadi Ais hanya di bolehkan menjaga adiknya
yang tertidur di ayunan bayi di kamar bunda.
Tak
terasa sudah tepat di hari yang di tentukan acara di lakukan menggunakan adat
Melayu Riau, yang sebagaimana setiap bayi yang akan di adakan acara mengayunkan
mengikuti beberapa tahap. Seperti memotong kambing, acara cukuran rambut, di
selingi musik rebana, dan upah-upah. Nama ‘ Aishilla Nabila Fariska ’ resmi
jadi nama adik baru Ais. Yang memberikan nama pada adiknya Ais adalah Ais
sendiri, Ais sengaja memasukkan kata ‘AIS’ di awal namanya, kata Ais biar semua
orang yang kenal adiknya tau kalau kakak nya namanya Ais, hehehe.
Sesudah
acara selesai dan orang-orang sudah pada bubar, Muthia, Yola dan Chaca datang
ke rumah Ais.
“
Ais, ini aku bawa roti kesukaan kamu. Nama adik mu siapa ? “ tanya Muthia
“
namanya Aishilla Nabila Fariska, “ ujar Ais santai
“
hah ? panggilannya Ais juga ? kok ada embel-embel nama kamu ? “ tanya Muthia
lagi
“
jangan kaget segitunya juga kali, Mut. Yang ngasi nama kan aku, ya terserah
kakaknya dong. Hihihi, panggilannya Shila. “ ujar Ais
“
imuttnyaaa ... “ jerit Chaca histeris, Chaca memang sudah sedari tadi ada di
situ namun Chaca melirik makanan yang ada terlebih dahulu, hehehe.
“
siapa dulu kakaknya, Ais gitu loh ! hehehe “ ujar Ais sambil tertawa
“
kakaknya mah enggak imut, yang imut itu Shilla. “ ledek Chaca, lalu mereka
tertawa bersama. Hari-hari di lalui dengan senyuman, Ais sekarang sudah jarang
keluar-masuk rumah sakit, hal ini membuat bundanya senang. Ia sekarang di
kelilingi dua putrinya yang cantik-cantik.
***
Waktu
berlalu begitu cepat, tak di sadari kini sudah bulan april. Bulan ini adalah
bulan yang bahagia bagi Chaca. Tepat tanggal 14 April Chaca berulang tahun,
rencananya Muthia, Ais dan Yola akan memberi kejutan untuk Chaca di toko roti
milik mama Muthia.
Sejak
sedari pagi Ais, Yola dan Muthia menjaili Chaca, kasihan bila melihat Chaca di
kerjai para sahabatnya. Mula-mula Chaca di teror lewat handphone, di BBM Chaca
juga di teror. Yola meminjam hp BB kakaknya supaya tidak ketahuan, karena kalau
make BB Yola bisa-bisa Chaca tahu duluan sebelum di kerjai. Di sekolah Chaca di
jauhi teman-temannya, di loker Chaca di masukin tikus, di bangkunya ada
coret-moret yang membuat Chaca di hukum untuk menge-cat ulang bangkunya. Guru
yang menghukumnya juga sudah tahu kalau Chaca di kerjai teman-temannya, banyak
orang yang membantu.
Siang
harinya mereka masih menjaili Chaca sampai-sampai Chaca nangis sejadi-jadinya
di dalam kelas, di saat itulah teman-temannya semakin menjailinya. Sore hari
nya melalui jejaring sosial Facebook Chaca di teror lagi, Ais yang mengerjai
Chaca menggunakan akun baru yang di buatnya. Nama akun itu ‘ ChAca aLaY ’
hihihi, mereka berempatkan paling tidak suka sama anak alay, Chaca juga paling
benci sama yang begitu. Di facebook itu Chaca terus di kirim kan pesan-pesan
inbox yang tidak jelas, namun akhirnya Chaca tahu dia di perintahkan pergi ke
toko roti milik mama Muthia. Tetapi, Chaca mau saja pikirnya sekalian saja dia
membeli roti dan ice cream.
Sesampainya
di toko roti itu semua di ungkapkan oleh guru yang menghukum Chaca, semuanya
hadir di situ. Mulai dari orang tua, guru dan teman sekelasnya. Chaca sampai
menangis haru dan bahagia. Mereka menyantap makanan ala tionghoa buatan mama Yola
dan juga roti beserta ice cream ala keluarganya Muthia.
“
Happy Birthday ya, Asha Aprili Rizkha “ ucap pak Hamid, selaku guru yang
menghukum Chaca tadi pagi. Iyap, nama lengkap Chaca adalah Asha Aprili Rizkha
dari namanya itu sudah jelas dia lahir di bulan april.
Ais
sempat berfiki “ Aku lahir di bulan Juni kenapa tidak di beri nama Juni
Fariska, ya ? ah, nama Aisyah kan lebih bagus dari pada Juni. “ Ais memang
selalu begitu, ia bingung mengapa namanya Aisyah.
Malam
harinya mereka di ajak keliling kota, ada banyak mobil yang mereka kendarai.
Tetapi, malang sungguh malang nasib mereka. Mobil yang di kendarai Ais, Yola,
Muthia dan Chaca beserta guru mengalami kecalakaan yang cukup fatal, tak ada
yang tak terluka. Miss Haika selaku wali kelas mereka sekaligus guru favorit
mereka meninggal dunia dalam kecelakaan itu, Ais juga malang nasib nya kakinya
patah dan penyakit yang di deritanya juga sering kambuh selama di rumah sakit,
Yola, Muthia dan Chaca mengalami luka yang juga cukup serius.
Ais
keluar dari rumah sakit di bulan Mei akhir, Ais juga harus mengalami operasi di
ginjalnya sekali lagi. Tidak tahu mengapa ginjal itu juga harus di ganti, Ais
sering asma, mata Ais sudah mulai sering kabur, ia sekarang menggunakan kaca
mata. Begitu juga dengan Yola saat ini dia menggunakan kaca mata, min nya 5.
Sekeluarnya Ais dari rumah sakit, di sambut oleh teman-teman yang sudah duluan
keluar dari rumah sakit, mereka pun sudah pada sembuh. Namun, ada keanehan yang
mengganjal kini Ais tidak pernah tertawa, bahkan untuk tersenyum saja tidak
pernah lagi.
“
Ais, senyum kamu kemana, sih ? “ tanya Chaca
“
enggak kemana-mana, emang senyum bisa jalan ? “ tanya Ais namun tidak dengan
senyuman dan nada bercanda tetapi serius
“
hmm, “ Chaca mendehem “ ya, sudahlah ! “ lanjut Chaca sambil mengalihkan
pandangannya ke para pembeli yang berada di kanti sekolah saat itu.
Kini,
tidak ada candaan lagi di antara mereka, tidak ada senyuman bahagia. Kini,
semua senyuman tinggal kenangan, canda tawa dan lelucon itu sudah basi, mereka
tak pernah lagi tertawa. Namun, di bulan Juni sekitar tanggal 2 Juni Yola
mendekatkan diri dengan Ais, lalu mencoba bertanya.
“
Is, boleh nanya ? “ tanya Yola
“
ya, silakan ! “ ujar Ais singkat
“
kamu kok enggak pernah terr, terr se nyum lagi ? “ tanya Yola, di saat kata
tersenyum Yola mengucapkan dengan terputus-putus. Ia sangat ragu mengucapkan
kata itu.
“
Yol, aku mau jujur. Aku sudah tidak bisa tersenyum lagi, senyuman itu sudah
sirna, hidupku juga sudah tak lama lagi, kesedihan sudah mulai menghantui ku
setiap hari, kini temanku bukan tawa dan senyuman tapi air mata. Aku hanya bisa
tersenyum di saat aku merasa tenang, bahagia yang benar-benar bahagia, penyakit
ini sudah tidak ada, dan sudah tidak merepotkan banyak orang. Tapi, itu nanti !
sesaat lagi akan ada waktunya, datanglah bila saat itu sudah tiba, aku sangat
menantikan dirimu my best friend. “
ujar Ais panjang lebar lalu meninggalkan Yola yang duduk diam terpaku, ia
sangat bingung dengan kata-kata Ais tadi. Sungguh Yola tidak mengerti.
***
Kini
sudah tanggal 5 Juni tepat 10 hari lagi ulang tahun Ais, mereka merencanakan
hal yang sama di saat ulang tahun Chaca. Namun, tidak ada kata jalan-jalan lagi
bagi mereka takut hal yang sama terjadi lagi untuk yang ke dua kalinya. Namun,
esoknya Ais tidak sekolah saat di lihat kerumahnya Ais ternyata masuk ke rumah
sakit, penyakit nya semakin bertambah. Setiap harinya sahabat-sahabatnya datang
menjenguk, tak di sadari waktu begitu cepat bersilih ganti besok adalah tanggal
15 Juni.
Tetapi,
Ais masih di rumah sakit. Malam itu mereka tidak bisa tidur dengan tenang,
tetapi secara bersamaan Yola, Chaca, dan Muthia bermimpi. Di mimpi itu Ais
meminta mereka datang dan berkumpul di ruangan Ais di rumah sakit tepat jam 12
malam. Dengan susah payah memohon kepada kedua orang tua mereka masing-masing
akhirnya mereka berkumpul di ruangan tempat Ais di rawat.
Jam
menunjukkan pukul 11 malam, tetapi mereka sudah berkumpul. Nafas Ais sudah
kembang kempis, ia sudah susah bernafas, wajahnya pucat, nadinya melemah,
badannya semakin kurus. Terlihat betapa sedihnya ia melawan penyakitnya, banyak
keluarganya yang mulai membaca yasin. Ada yang sudah mulai menangis histeris,
dokter sudah memberikan pertolongan, nafas Ais kian membaik.
Namun,
Allah swt berkata lain. Ais menghembuskan nafas terakhirnya tepat jam 12 malam,
di hari ulang tahunnya yang ke 13. Sebelum ia meninggal ia sempat mengucapkan
kalimat la ilaha illallah, dan juga sempat mengucapkan kata “ terimakasih atas
semua hal dan pengorbanan semuanya, ayah, bunda, dan sahabatku. I LOVE YOU,
jaga dengan baik adikku SHILA, jangan lupakan aku, ini hadiah terakhir buat
semuanya, senyuman ku. “ ujar Ais sambil tersenyum.
Ais
di kuburkan esok harinya dengan jasad yang tengah tersenyum, di batu nisan itu
tertulis Aisyah Fariska binti Fahri Alfariz, lahir : Bandung, 15 Juni 1998,
wafat : 15 Juni 2011. Kini, Ais sudah pergi dengan senyuman terakhirnya. Ais
pergi dengan senyuman bahagia seperti yang sudah di katakannya pada Yola. Semua
melepaskan kepergian Ais dengan senyuman terakhirnya, semua melepaskannya
dengan ikhlas. Namun, air mata terus mengalir di pipi mereka. Akhirnya, mereka
tabah dan sabar dengan semua yang sudah terjadi.
0 kata temen Meme...:
Posting Komentar